Warta Bulukumba
– Di bawah awan berkabut di Karachi yang menenggak pelabuhan layaknya selimut masa lalu, bayangan kapal perang TCG Bykada mengemuka membawa pesan sunyi.
Di dekat lokasi tersebut, di Islamabad, suara gemuruh mesin pesawat Hercules C-130 bergema keras seolah membuat getaran tanah lapangan terbang — ini menunjukkan bahwa Turki tidak hanya turut serta, tetapi juga sedang memantau dan kemungkinan besar tengah bersiap-siap.
Saat dunia mencatat 26 jiwa tewas di Pahalgam, Jammu dan Kashmir, pada tanggal 22 April kemarin akibat serangan yang disebut-sebut terkait dengan kelompok The Resistance Front (TRF), cabang dari Lashkar-e-Taiba, konflik antara India dan Pakistan sekali lagi mendekati puncak ketegangan. Di balik duka tersebut, Turki menjadi aktor tidak terlihat tapi berpengaruh dalam situasi ini.
Kehadiran kapal perang serta pesawat Hercules dari Turkey
Dalam laporan
India TV News
, kapal perang Turki TCG Bykada baru-baru ini telah berlabuh di Pelabuhan Karachi, dan sebanyak enam pesawat militer jenis Lockheed C-130 Hercules diketahui sudah mendarat di wilayah Pakistan. Ketepatan waktunya — yang hanya terjadi beberapa hari sesudah serangan dahsyat di Kashmir — membuat banyak orang meragukan bahwa hal tersebut hanyalah sebuah kejadian kebetulan semata.
Pemerintah Turki menjelaskan bahwa itu hanyalah proses penambalan bahan bakar dan kedatangan sebagai tamu. Beberapa media di Pakistan justru menduga adanya potensi muatan militer atau dukungan logistik, walaupun pernyataan tersebut ditolak tegas oleh Ankara. Meskipun demikian, spekulasi masih berlanjut, terlebih dengan laporan tentang krisis amunisi yang sedang dialami Pakistan.
Kami tidak membawa senjata,” ujar Kementerian Pertahanan Turki dalam pernyataan resmi tersebut. “Hal ini merupakan bagian dari kolaborasi teknis dan logistik yang telah berlangsung cukup lama.
Keberanian strategis bersama yang semakin meningkat
Turki dan Pakistan memiliki hubungan aliansi militer yang sudah terjalin sejak tahun 1950an. Eratnya keterkaitan ini tak sekadar berfokus pada aspek strategis, melainkan juga mencakup ideologi, kepercayaan agama, serta posisi mereka dalam konteks geopolitik.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan dan Perdana Menteri Pakistan Shehbaz Sharif mengadakan pertemuan tak lama usai bencana Pahlgam, menekankan posisi Istanbul yang mendukung dalam suasana tegang di Asia Selatan.
India, yang curiga bahwa TRF berfungsi sebagai proxy untuk ISI Pakistan, mulai mengungkapkan keprihatinan tentang fungsi pihak ketiga tersebut.
“Kami memantau seluruh aktivitas militer dalam radius area ini, termasuk bantuan luar negeri yang bisa menambah kompleksitas kondisi,” ungkap seorang petinggi dari India tersebut.
The Hindu
.
Riwayat kerjasama pertahanan yang tidak terhapuskan
Selama lima tahun terakhir, kerja sama militer antara Turki dan Pakistan telah mengalami peningkatan yang signifikan. Dari drone tempur seperti Bayraktar TB2 dan Akinci, pembaruan pesawat F-16, sampai koeksistensi dalam pengembangan sistem peluru kendali serta pesawat tempur menjadi indikasinya. Menurut laporan SIPRI, sepuluh persen dari total ekspor senjata Turki dikirim ke Pakistan.
TCG Bykada tidaklah biasa. Kapal ini diperlengkap dengan sistem peluru kendali anti-kapal serta teknologi pemantauan lautan yang maju.
Kedatangananya ke Karachi tidak hanya bersifat simbolik, tetapi juga memiliki dampak yang penting secara strategi. Terlebih lagi, kedatangannya ini terjadi pada saat ancaman perang konvensional hingga nuklir mulai dibicarakan kembali dalam wacana regional.
Poros Ankara-Islamabad
Meskipun tidak ada pengakuan resmi tentang bantuan Turki dalam serangan langsung terhadap India, indikasi dari aspek militer, politik, dan teknologi menunjukkan adanya partisipasi yang signifikan.
Aliansi antara Ankara dan Islamabad telah tumbuh menjadi mitra militer yang aktif dalam skenario konflik di wilayah Asia Selatan.
Saat dunia beralih pandangan ke konflik global yang lebih besar, sebuah aliansi kuat mulai berkembang di tengah sisa-sisa Kashmir.
Share this content:
